Minggu, 20 Februari 2011

Uwais Al-qarni (2) kisah-kisah sahabat



Dari Abu Hurairah ra.dia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla mencintai orang-orang yang bersih hatinya, yang merahasiakan dirinya dan yang terhindar dari dosa di antara makhluk-makhluk-Nya. Kepala mereka kusut, wajah mereka berdebu, dan perut mereka kosong. Apabila mereka meminta izin masuk kepada para penguasa tidak diizinkan. Jika mereka meminang wanita-wanita kaya, tidak dinikahkan. Jika mereka tidak ada, tidak dicari. Jika mereka dating, tidak disambut dengan gembira. Jika mereka sakit, tidak dijenguk. Jika mereka meninggal pun, tidak dihadiri.”
Para sahabt pun  bertanya: “Ya Rasul Allah, bagaimana caranya agar kami bias bertemu dengan salah seorang dari mereka?’
Rasul menjawab: “Itulah Uwais Al-Qarni.”
Para sahabat bertanya: “Bagaimana rupa Uwais AL-Qarni.”
Rasul menerangkan: “Dia bermata biru, berambut kemerahan. Jarak kedua pundaknya lebar, tingginya sedang. Berkulit coklat, bahkan sangat coklat, dagunya menekan ke dadanya (banyak menunduk), pandangannya selalu ke tempat sujud. Selalu meletakkan tangan kananya pada tangan kirinya, dan selalu mebaca Al-quran dan selalu menangisi dirinya. Dia memakai dua pakaian twbal yang tidka patut dilihat lagi, memakai kailn sarung dari wol dan selendang dari wol juga. Dia tidak dikenal di kalangan penduduk bumi, tetapi dikenal di kalangan penduduk langit, Apabila dia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah mengabulkan sumpahnya. Ketahuilah di pundak kirinya ada bulatan kecil berwarna putih.”
Dan ketahuilah apabila hari kiamat telah tiba, akan dikatakan kepada seluruh hamba Allah: Masuklah kamu sekalian ke surga.Kepada uwais, dikatakan: “Berhentilah, berilah syafaat.” Maka Allah ‘Azza wa Jalla menerima syafa’atnya pada orang-orang sebanyak kabilah Rabi’ah dan Mudhar.
“Hai Umar, Hai ‘Ali, apabila kalian berdua bertemu dengannya , mintalah dia memohonkan ampunan untukmu, niscaya Allah mengampunimu.”
Abu Hurairah berkata (meneruskan riwayatnya): Umar dan ‘Ali pun menunngu dan mencari selama 20 tahun, namun belum berhasil juga bertemu Uwais.
Suatu ketika di akhir tahun Umar meninggal, dia berdiri di atas bukit Abu Qubais. Lalu berseru dengan suara sekeras-kerasnya, “Hai Jamaah Yaman, apakah di antara kamu sekalian ada yang bernama Uwais?”
            Berdirilah seorang yang sangat tua menyambut seruan tersebut, seraya berkata:
“Sesungguhnya kami tidak tahu , Uwais yang mana? Tetapi salah seorang keponakan saya memang bernama Uwais. Dia sangat tidak terkenal, sangat sedikit hartanya, dan keadaannya terlalu hina untuk diberitahukan kepadamu. Sesungguhnya dia sedang menggembala unta-unta kami, dia orang rendahan di kalangan kami.”
            Namun Umar tidak memerdulikan penjabaran orang tua itu. Sepertinya Umar tidak ingin dia berbicara seperti itu. Umar pun kembali bertanya kepada orang tua itu:
“Keponakanmu ada di Tanah Haram kita ini?’
“Ya”, jawab orang tua itu
“Dimana dia bisa ditemui?”
“Dia bisa Anda temui di Arafat:
            Abu Hurairah pun mlanjutkan penuturannya: Umar dan Ali pun segera mengendarai kendaraannya menuju Arafat. Didapatinya Uwais sedang shalat di bawah sebatang pohon. Unta-unta yang digembala berada di sekelilingnya. Umar dan Ali pun mengikat keledai mereka. Lalu menghampiri Uwais. Keduanya mengucapkan salam
“Assalamu’alayka wa rahmatullah (Kesejahteran dan rahmat Allah semoga tercurah kepadamu)
            Uwais mempercepat shalatnya, kemudian mengucapkan:
“Assalamu’alaykuma wa rahmatullah (Kesejahteran dan rahmat Allah semoga tercurah kepada kalian berdua).
“Siapa Anda?” Umar dan Ali bertanya hampir bersamaan
“Aku penggembala Unta dan buruh orang-orang itu (Yaman)” jawab Uwais
“Kami, tidak bertanya kepadamu tentang pekerjaanmu sebagai penggembala atau buruh. Namun, siapakah namamu?”
“Aku hamba Allah”
“Kami pun tahu benar, semua penghuni langit dan bumi adalah hamba Allah, tapi siapakahnama yang diberikan ibumu?”
“Amboi kedua orang ini..” sergah Uwai seraya berkata “Apa yang kalian kehendaki dariku?”
            Mereka (Umar dan ‘Ali pun berkata): Nabi Muhammad saw pernah menceritakan kepada kami tentang Uwais Al-qarni. Kami sudah tahu tanda yang ada padamu, yaitu rambut kemerahan dan mata biru. Beliau (Rasulullah saw) juga memberitahu kami, bahwa di pundak kirimu ada kulit cemerlang berwarna putih, Perlihatkanlah tanda itu kepada kami. Jika ada Engkaulah Uwais itu.
            Kemudian Uwais memperlihatkan tanda itu. Ternyata ada. Kulit cemerlang berwarna putih. Umar dan Ali pun segera menciuminya dan berkata:
“Kami bersaksi bahwa Engkau adalah Uwais Al-Qarni. Maka, mohonkanlah ampunan untuk kami, semoga Allah mengampunimu.”
Uwais berkata: “ Aku tidak pernah memohon ampunan khusus untuk diriku maupun untuk seseorang dari Bani Adam. Istighfarku diperuntukkan bagi segenap kaum muskminin dan mukminat, kaum muslimin dan muslimat, di darat maupun di laut. Duhai dua orang ini, sesungguhnya Allah telah memperlihatkan hal-ihwalku terhadap kalian dan meberitahu kalian perihal perkaraku. “
“Siapakah kalian ini sebenarnya?”
Ali berkata, ”orang ini (sambil mengisyaratkan ke Umar), dia adalah Umar Amirul Mukminin, adapun aku adalah ‘Ali bin Abi Thalib.”
            Mendengar penjelasan ‘Ali, Uwais berdiri tegak seraya mengucapkan “Assalamu’alayka, ya Amiral Mukminin wa rahmatullahi wa barakatuh, dan juga untuk Anda, hai ‘Ali bin Abi Thalib. Semoga Allah member balasan yang terbaik dari dirimu.”
            Selanjutnya Umar berkata kepada Uwais.
“Tetaplah di tempatmu -semoga Allah merahmatimu- sampai aku pulang ke Mekkah. Lalu aku akan dating lagi kepadamu. Membawa belanjaan dari pemberianku dan kelebihan pakaianku kepdamu. Tempat ini adalah pertemuan atara Aku dan Engkau nanti.”
“Pertemuan antara Aku dan Engkau? Padahal belum tentu aku bias melihat Anda lagi setelah hari ini. Namun, beritahulah aku apa yang bias aku perbuat dengan uang belanja itu dan apa juga yang bias aku perbuat dengan pakaian itu? Tidakkah Anda melihat Aku sudah mengenakan sarung dari wol dan selendang dari wol? Menurut Anda kapan Aku akan merobeknya? (maksudnya pakaiannya masih laik dipakainya sehingga untuk apa dirusak?) Tidakkah Anda lihat kedua sendalku sudah terjahit dengan baik? Menurut Anda kapan aku akan merusaknya?”
“sesungguhnya dari pekerjaanku sebagai penggembala ini, aku sudah mendapat empat dirham. Menurut Anda kapankah aku akan menghabiskannya? Hai Amirul Mukminin, sesungguhnya antara diriku dan diri Anda ada jalan yang terjal, yang hanya bisa  dilewati oleh seorang pekerja keras, yang bertubuh ringan dan kurus. Maka, janganlah Anda meberatkan diri Anda, semoga Allah merahmatimu.”
Sumber:  Walid bin Said Bahakim. 2001. Orang-orang yang tidak suka popularitas. Jakarta:Robbani Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar