Senin, 07 Februari 2011

Uwais Al-Qarni (1)


Uwais Al-Qarni
            Dia adalah Uwais bin Amir bin Jarir al-Qarni. Menurut Alqamah bin Martsad, dia adalah Uwais bin Unais, ada juga yang menyebutnya Uwais bin al-Hulais. Al-qarni berarti asal tempatnya yakni dari Qarn.
            Diriwayatkan dari Usair bin Jabir; ia berkata: dahulu, bila umar bin Khaththab kedatangan rombongan-rombongan dari Yaman, dia selalu bertanya kepada mereka:
 “Apakah diantara kamu sekalian ada yang bernama Uwais bin Amir?”
 Hingga suatu hari beliau (Umar ra) bertemu dengan Uwais, maka dia bertanya:
 “Apakah Anda Uwais bin Amir?”
“Ya” jawab yang ditanya.
Umar bertanya lagi: “Dari Suku Murad, kemudian suku Qarn?”
“Ya” jawabnya kembali.
“Apakah Anda pernah menderita kusta, kemudian sembuh dengan meninggalkan bekas luka seluas dirham (Mata uang perak)?“ selidik Umar.
“Ya” jawabnya.
Umar melanjutkan pertanyaannya:
 “Anda mempunyai seorang ibu?”
“Ya” jawabnya.
Umar menambahkan: saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Akan datang kepada kamu sekalian Uwais bin Amir bersama rombongan dari Yaman, dari suku Murad, kemudian dari suku Qarn. Dia pernah menderita kusta, lalu sembuh, kecuali menyisakan bekas sebsesar dirham. Dia mempunyai ibu yang diperlakukan dengan penuh kebaktian. Kalau dia bersumpah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, niscaya Allah mengabulkannya. Maka dari itu kalau kamu bias meminta dia memohonkan ampunan, maka lakukanlah.”
“Maka mohonlah ampuan untukku,” kata Umar. Uwais pun memohonkan ampunan untuknya. Sesudah itu Umar Ra. Bertanya:
“Hendak kemana Anda?”
“Hendak ke kufah,” jawab Uwais.
Umar berkata:
“Maukan aku tuliskan kepada gubernur kufah, supaya dia menyuruh orang melayani Anda?”
“Tinggal bersama orang berdebu lebih aku sukai.”
Di tahun berikutnya seorang dari kalangan para pembesar Yaman menunaikan haji. Secara kebetulan dia bertemu Umar ra. Umar pun bertanya mengenai Uwais
“Bagaimana keadaan Uwais ketika kamu tinggalkan ia (di Kufah).
Pembesar (orang itu menjawab):
 “Saya tinggalkan dia dalam keadaan kumal, dan sedikit hartanya.”
Kemudian Umar ra. Berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Akan datang kepada kamu sekalian Uwais bin Amir bersama rombongan dari Yaman, dari suku Murad, kemudian dari suku Qarn. Dia pernah menderita kusta, lalu sembuh, kecuali menyisakan bekas sebsesar dirham. Dia mempunyai ibu yang diperlakukan dengan penuh kebaktian. Kalau dia bersumpah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, niscaya Allah mengabulkannya. Maka dari itu kalau kamu bias meminta dia memohonkan ampunan, maka lakukanlah.”
Ketika pembesar (orang) itu sampai di Kufah, dia mendatangi Uwais, lalu berkata:
 “Mohonlah ampunan untukku.”
Uwais menjawab.
“Anda baru saja dating dari perjalanan yang baik (haji), maka mohonkanlah ampunan untukku.”
“Apakah Anda telah bertemu?”
“Ya”, jawab orang itu.
Lalu Uwais memohonkan ampunan untuk orang itu. Setelah itu orang-orang menjadi mengenalnya. Maka Uwais pun pergi dari kufah.
Usair juga pernah berkata: “Saya pernah memberikannya pakaian tebal sehingga apabila orang melihatnya, akan berkata: “Darimana Uwais mendapatkan baju tebal ini?” kalimat ini menunjukkan betapa miskinnya kondisi Uwais.
Abu Hurairah ra. Juga pernah meriwayatkan mengenai Uwais. Dia berkata: Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla mencintai orang-orang yang bersih hatinya, yang merahasiakan dirinya dan yang terhindar dari dosa di antara makhluk-makhluk-Nya. Kepala mereka kusut, wajah mereka berdebu, dan perut mereka kosong. Apabila mereka meminta izin masuk kepada para penguasa tidak diizinkan. Jika mereka meminang wanita-wanita kaya, tidak dinikahkan. Jika mereka tidak ada, tidak dicari. Jika mereka dating, tidak disambut dengan gembira. Jika mereka sakit, tidak dijenguk. Jika mereka meninggal pun, tidak dihadiri.”
Para sahabt pun  bertanya: “Ya Rasul Allah, bagaimana caranya agar kami bias bertemu dengan salah seorang dari mereka?’
Rasul menjawab: “Itulah Uwais Al-Qarni.”
Para sahabat bertanya: “Bagaimana rupa Uwais AL-Qarni.”
Rasul menerangkan: “Dia bermata biru, berambut kemerahan. Jarak kedua pundaknya lebar, tingginya sedang. Berkulit coklat, bahkan sangat coklat, dagunya menekan ke dadanya (banyak menunduk), pandangannya selalu ke tempat sujud. Selalu meletakkan tangan kananya pada tangan kirinya, dan selalu mebaca Al-quran dan selalu menangisi dirinya. Dia memakai dua pakaian twbal yang tidka patut dilihat lagi, memakai kailn sarung dari wol dan selendang dari wol juga. Dia tidak dikenal di kalangan penduduk bumi, tetapi dikenal di kalangan penduduk langit, Apabila dia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah mengabulkan sumpahnya. Ketahuilah di pundak kirinya ada bulatan kecil berwarna putih.”
Dan ketahuilah apabila hari kiamat telah tiba, akan dikatakan kepada seluruh hamba Allah: Masuklah kamu sekalian ke surga.Kepada uwais, dikatakan: “Berhentilah, berilah syafaat.” Maka Allah ‘Azza wa Jalla menerima syafa’atnya pada orang-orang sebanyak kabilah Rabi’ah dan Mudhar.
Sumber:
Walid bin Sa'id Bahakim. 2001. Orang-orang yang tidak suka popularitas. Jakarta: Rabbani Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar