Sabtu, 14 Januari 2012

Apakah Ikhwan Mengultuskan Imam Hasan Al-Banna?


Apakah Ikhwan Mengultuskan Imam Hasan Al-Banna?
            Gambaran umum dalam sebuah jamaah tidak lepas dari ketokohannya. Tokoh pemimpin maupun pendirinya. Terkadang pemimpin jauh lebih termasyur  dibandingkan tokoh pendirinya, dan terkadang sebaliknya. Hal ini lumrah dan dapat diterima semua khalayak yang memahami organisasi. Namun dalam jamaah muslimin, tentu saja hal ini cukup mendapat perhatian.
            Sejatinya jamaah muslimin pada saat ini tidak ada, namun yang ada adalah jamaah minal muslimin (bagian dari umat muslim). Meskipun demikian bukan berarti umat Islam terpecah, karena diriwayatkan dalam hadits Imam Muslim bahwa hal ini merupakan suatu ketetapan-Nya bagi manusia dan menjadikan nikmat yang luar biasa terkandung di dalamnya. Tidak terkecuali tanggapan tokoh pendiri Ikhwanul Muslimin, Hasan Al-Banna.

            Dalam perenungannya yang mendalam dan riset yang akurat dengan perkembangan masalah di zamannya, seolah-olah beliau mampu menafsirkan celah-celah yang akan menjadi fitnah pada masa yang akan datang. Terdapat dalam dua puluh prinsip dakwah karangan beliau khususnya prinsip keenam.” Setiap orang boleh diterima dan ditolak kata-katanya kecuali almakshum Nabi Muhammad Saw…” hal ini mengisyaratkan bahwa kelak ilmu pengetahuan yang mudah diakses dan jalur pendidikan sangat mudah diterima oleh seluruh manusia. Sehingga penyebaran informasi bersifat sporadis dari mulut ke mulut, tanpa terkendali. Oleh karena itu setiap orang yang berbeda dalam menafsirkan agama dalam hal cabang tidak lantas dipatahkan, asalkan semua terujuk ke Nabi Muhammad saw. Dan Nabi merujuk kepada Al-quran dan As-sunah. Kasus selanjutnya yang mungkin sangat relevan dengan prinsip dakwah keenam itu yang terjadi saat ini adalah penerimaan ilmu secara taklid. Oleh karena itu mudah bagi seseorang marah jika pemimpin atau golongannya dilecehkan. Dan Na’udzubillah min zhalik apabila menganggap kebeneran dan hukum itu adalah milik jamaahnya. Hal ini lah yang harus dihindari agar tidak membantu setan laknatullah dalam menjalankan praktik bid’ah, perpecahan, dan ketinggihatian. Sebaliknya umat Islam diperintahkan untuk menjalankan sunah, persatuan, dan ketawadhuan.
            Tidakkah para anggota-anggota yang tergabung dalam ikhwan juga melakukan hal dalam penaklikan tersebut. Bukankah hampir dalam setiap majelis-majelis yang tergabung didalamnya selalu menganjurkan untuk menutup dengan shalawat dan kemudian doa pengikat hati. Pernyataan-pernyataan tersebut mungkin mudah terucap bagi yang melihat dari kejauhan maupun bagi orang yang pernah tergabung di dalamnya. tanpa bermaksud memihak maupun mencela dalam hal ini. Jika dianalogikan seperti pertunjukkan budaya Indonesia dalam ajang internasional, tentu seseorang akan timbul mengenai semangat menceritakan segala hal tentang Indonesua. dimulai dari pakaian batik, senjata tradisional, dan apapun yang ada di otaknya akan diperas agar menunjukkan betapa berbudayanya Indonesia. itulah semangat cinta tanah air. Begitu pulalah seseorang yang memiliki semangat dalam berdakwah dan tergabung dalam jamaah yang didirikan Imam Hasan Al-Banna ini. Adalah sesuatu yang aneh jika seseorang malu untuk membuka acara dengan tilawah dalam al-quran padahal sumber hukumnya dalam berdakwah adalah alquran dan assunah.
            Sejatinya bahwa siapapun tidak akan mudah percaya dan memahami seseorang secara mendalam jika bukan karena kehendak zat yang maha membolak-balikan hati manusia. Namun, dalam hal ini pendiri yang berasal dari kairo ini melanjutkan dalam prinsipnya, “bahwa seseorang telah berlalu dengan amalnya”. Suatu kalimat yang mengandung unsur kebijaksanaan didalamnya. bahwa apa yang dianggapnya buruk, apa yang dianggapnya baik, celaan, pujian, hujatan, rujukan, dsb. Akan menjadi amalan seseorang yang siapapun dapat mengambilnya maupun tidak. Dalam hal ini penulis masih sangat jauh sekali dalam menjelaskan secara lugas dan integral, namun penulis mengakhiri bahwa terdapat kata-kat-Nya yang tercantum dalam surat Al-Qolam:7 “Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang tersesat di jalan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. Moga penulis dan pembaca mendapatkan petunjuk juga. Wallahu’alam. (HI)
http://www.al-ikhwan.net/wp-content/uploads/2008/11/s11-300x205.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar